Tuesday, September 23, 2008

Tinggal di "Kota Kecil"

Dimana anda harus tinggal jika anda ini orang,
a. Belanda atau ras Kaukasian murni
b. Pedagang dari Asia (Cina, Arab, India)
c. Pribumi Indonesia Tulen

Diskriminasi sudah menjadi cerita sehari-hari jika kita menilik mundur ke abad-abad sekitar 17-an. Kolonialisasi Belanda yang makin meluas ke pelbagai wilayah daerah di Nusantara menyebabkan terjadinya perubahan drastis terhadap perkembangan kota-kota di Indonesia. Namun, yang paling mencolok tentu saja adalah pembangunan pemukiman orang-orang lokal yang terpinggirkan dan tidak layak. Penyebabnya? Tentu saja karena penguasanya adalah orang-orang Belanda yang bisa membangun kota dengan hebatnya pada masa itu. Karena yang mampu membangun kota orang-orang Belanda maka mereka tentu saja mereka bisa dapat tempat yang paling nyaman dibanding golongan ras yang lainnya--apalagi pribuminya.

Contoh cukup mencolok ada di kota Semarang yang sekarang ini merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah. Semarang dulu sering disebut sebagai Little Netherland atau kota kecil Eropa karena master plan kawasan hunian di sana mengadopsi tata ruang kota-kota di Eropa, dimana Gereja Blenduk sebagai pusatnya. Selain itu kawasan Kota Lama Semarang membentuk segitiga emas atau tiga ruas jalan utama yang saling terhubung. Dari sanalah kemudian kota Semarang berkembang.

Jika anda merupakan orang-orang Eropa, maka anda dapat tinggal di Zeestraat (sekarang Jl. Kebon Laut), Poncol, Pendrikan, kawasan Kota Lama (Timur jembatan Berok). Kawasan-kawasan itu merupa kawasan elit yang dibangun oleh pemerintah Belanda.

Jika anda merupakan keturunan ras Cina dan orang timur asing menempati kampung-kampung yang telah ditetapkan. Orang-orang Cina di kampung Pacinan, India (Koja) di kampung Pakojan, dan Arab di kampung Kauman. Lingkungan tempat mereka tinggal cukup memprihatinkan karena kotor dan kekurangan air bersih.

Karena saya ini adalah pribumi lokal maka jika saya hidup di jaman itu saya terpaksa tinggal di pinggiran kota tapi dekat dengan jalan raya. Misalnya di Kampung Lamper Lor, Lamper Tengah, Lamper Kidul, Lamper Sari, Lampermijen, Sayangan, Plampitan, dll. Kebanyakan rumah di daerah tersebut dibangun dengan dinding bambu semi –permanen dan non-permanen.

Jadi, dimana anda tinggal?