Monday, February 18, 2008

First Job! Ahaaay!

Ahaaay, deg-deg'an banget nih, 16 Februari 2008 bener-bener moment nggak bakal terlupakan sebagai hari pertama kerja! Horeeeey!
Jadi pemandu buat study tour anak SMA yang piknik ke Sangiran. Kita mengunjungi museum sangiran yang terkenal jadi world herritage nomer puluhan sekian. Selain itu, ada program jelajah kawasan daerah situ sebagai pengenalan bentang alam yang cukup unik, mengingat kawasan Sangiran tersebut memiliki sebuah lapisan-lapisan stratigrafi yang menyimpan banyak informasi mengenai keberadaan umur bumi serta manusia pendukungnya.
Hemmmm. Kerjaan pertama berbau arkeo karena di sini hubungannya udah gak lagi sama orang inner circle yang ngerti soal arkeo (baca: temen sendiri) melainkan sama orang-orang yang bener-bener awam nggak ngerti terlalu banyak soal prasejarah selain dapet informasi dari buku sejarah yang nggak pernah direvisi itu.
Meski di awal cukup shock dengan tingkah polah mereka yang 'agak luar biasa' (baca blog 'menunggu hujan' untuk versi yang lebih ekstrem!) Tapi syukur banget aku bisa nge-jelasin soal stratigrafi dan keadaan lingkungan ke mereka dengan cukup baik dan penuh improvisasi *ngecret!*
Ada 5 Turning Point yang kita kunjungi selain Museum, yaitu bentang alam yang menunjukan jelas stratigrafi atau perlapisan tanah dari formasi pucangan yang kebanyakan mengandung lempung hitam dengan beragam warna.
Kedua adalah Tugu peringatan si manusia sangiran no.27 jenis Meganthropus Palaeojavanicus yang cuma ketemu bagian rahangnya atas saja. Ketiga adalah sumber mata air asin di berada di tengah persawahan penduduk. Mata air asin ini bisa keluar akibat tenaga dari dalam bumi yang mendorong keluar dan mendorong lapisan lumpur laut dari jutaan tahun silam akhirnya keluar dari permukaan tanah. FYI. Sangiran dulunya merupakan laut dalam. Karena proses pengangkatan pulau Jawa akhirnya dulu daerah yang berubah laut berubah jadi rawa-rawa hal ini dibuktikan di turning point yang keempat berupa daerah endapan rawa berwarna kecoklatan dan diatome yang merupakan jejak endapan jasad renik. Di titik terakhir, yang sekarang berupa tegalan sawah, dahulu merupakan rawa-rawa dengan sisa endapan rawa dan banyak sekali temuan gastropoda bertebaran di sana. Di titik ini pula, banyak ditemukan fosil-fosil tulang hewan purba.
Menarik banget Sangiran itu. Karena tempat ini merupakan tempat penghasilan 60% dari penemuan fosil-fosil dan kerangka manusia purba. Apalagi koleksi-koleksi museum yang menarik untuk disimak. Asyik...
Seneng banget akhirnya dateng ke Sangiran, di bayarin, kerja dan yang pasti dapet banyak sekali pengalaman dan peristiwa-peristiwa yang begitu tak terlupakan...
Episode-episode Sangiran bisa dilihat di Blog 'Menunggu Hujan'

Friday, February 8, 2008

a tale of journey to the East!

Alkisah, 9 remaja yang terdiri dari 3 perempuan dan 6 laki-laki memutuskan untuk pergi melakukan perjalan menuju kota sebelah yang tidak begitu jauh untuk ditempuh namun cukup pantas untuk dikunjungi. 9 remaja itu naik kereta pukul 09.00 pagi di stasiun kota namun karena salah mengingat jadwal keberangkatan, ternyata mereka baru berangkat pukul 10.00 pagi.
Seorang perempuan diantara mereka nampak begitu bersemangat dengan perjalanan pertamanya dengan kereta api setelah hidup di dunia ini selama hampir 20 tahun. Dengan muka berseri dan segaris senyum yang nggak ada habisnya kereta berangkat menuju kota sebelah yang bernama Solo.
Begitu menginjakan kaki di sana, dengan spontan tanpa pikir panjang dan hanya dengan intuisi yang nekad. Kesembilan remaja tersebut menyusuri jalan kota yang asing dan padat dengan kaki-kaki yang kuat untuk dilangkahkan. Kaki-kaki melaju meyusuri ruas jalan utama dan jalan kecil padat penuh dengan manusia asing.
"Ke mana kita pergi?" pertanyaan-pertanyaan itu terlontar terus-menerus karena sedikit kekhawatiran akan tujuan mereka yang tidak jelas.
Namun, seorang dari mereka langsung menjawab dengan cukup meyakinkan kita semua akan berjalan menuju Kraton Surakarta yang merupakan istana keluarga kerajaan Pakubuwono yang merupakan kerajaan pisahan yang disebabkan oleh perjanjian Giyanti.
"Di manakah Kraton tersebut?" tanya salah seorang perempuan berambut cepak. Jauh diujung jalan Slamet Riyadi sana. Dan perjalan menyusuri jalan utama tersebut ditempuh dengan waktu yang cukup panjang. Demikian perjalanan itu mereka jalani dengan riang gembira ditemani sendau gurau penuh cela tanpa ampun mereka semua.
Tak terasa Kraton tersebut sudah ada di depan mata. Namun matahari bersinar cukup terik menyebabkan mereka begitu kelelahan dan penuh dengan keringat. Untung saja, tak lama kemudian mereka telah memasuki kawasan Kraton yang adem penuh dengan pepohonan. Banyak sekali benda-benda bersejarah yang dipajang di museum kraton yang mereka masuki. Unik dan penuh dengan benda-benda aneka ragam.
Inilah kejayaan masa lalu yang terus hidup.
Maka kesembilan remaja itu pulang kembali ke kota dengan penuh senyuman senang karena menghabiskan liburan yang mengasyikkan. Sembari menonton senja sore yang turun dari dalam gerbong kereta yang menuju kembali ke rumah, mereka masih tersenyum.
Ah liburan!

Tuesday, February 5, 2008