Friday, September 23, 2011

Ketika cerita arkeologis muncul di internet

May 6, 2011 at 7:54 pm, diambil dari Facebook via Notes

Malam ini, seperti biasanya dihabiskan dengan berselancar internet dari satu situs ke situs lain. Disitu lah ketemu artikel di Yahoo! News Indonesia yang cukup menarik karena judulnya agak catchy. "Relief Misterius di Kaki Borobudur". Dari judul ini lah pasti genre tulisannya dibuat populer dengan judulnya yang sangat memenuhi kriteria tulisan ilmiah-populer: membuat orang penasaran untuk membaca lebih lanjut.

Kebetulan pula saya kuliah di bidang purbakala ini tentunya niat baik untuk menambah refrensi perkuliahan donk Isi artikelnya menarik--bercerita tentang relief Karmawibhangga yang ditutup. Sang penulis bercerita ada 2 versi mengenai penutupan relief tersebut, pertama persoalan teknis dan kedua adanya anggapan relief tersebut menampilkan adegan vulgar. Hingga akhirnya dia tidak memutuskan yang mana yang menyebabkan penutupan itu terjadi. Pun si penulis menuliskan sedikit sejarah konservasi ketika jaman Belanda dan dokumentasi mengenai relief Karmawibhangga yang dilakukan oleh pihak Belanda. Sejauh itu tidak ada masalah dari artikel tersebut buat saya. Well, itu masalah familiar yang sudah sering didiskusikan kala kuliah klasik Hindu-Budha. Buat saya si penulis cukup dapat memberikan info yang berguna dan sedikit mengangkat dunia purbakala dengan bumbu-bumbu seperti judul yang agak mistis. Buat saya nggak masalah.

Namun, saya langsung terperangah tatkala membaca rentetan komentar-komentar mengenai artikel tersebut. Komentarnya cukup banyak, yaitu sekitar 80-an, yang saya rasa jarang ada lho orang banyak berkomentar di sebuah artikel purbakala. Ternyata oh ternyata komentar mereka malah jauh dari diskusi yang saya bayangkan. Banyak yang bicara cerdas dari sisi logis namun lebih banyak lagi yang komentar ngarang. Selalu ada orang iseng diantara forum. Muntahlah segala komentar tentang agama, murtad, pornografi, hingga FPI. Caci maki diantara user terjadi. Aiiihhhh bikin ngakak aja!

Kalau saya jadi si penulis artikel, saya cuma bisa geleng-geleng karena esensi dari apa yang saya tulis malah jadi salah kaprah. Namun, begitulah jika memasuki ranah dunia menulis kreatif suatu karya-ilmiah-populer. Apalagi jika dilempar ke zona bebas seperti internet. Orang asal bicara, orang asal komentar, lebih parah lagi orang asal ngaco. Diskusi cerdas pun hanya mimpi. Dan seperti melihat cerminan 80% mental orang Indonesia (termasuk saya) yaitu sukanya menyalahkan tanpa tahu keadaannya dan mistis tentu saja!

Sejurus kemudian baru saya sadari, jangan-jangan persepsi orang selama ini adalah dunia purbakala itu berasosiasi dengan segala macam hal mistis dan pornografi (?) cuman karena arca-arca yang sangat represntatif itu? Karena dari membicarakan relief bisa-bisanya menyambung ke hal cabul, mistis bahkan SARA. Saya cuman bisa geleng-geleng kepala saja. Sambil ngakak juga bacanya. Ada-ada saja ini..