Banyak cerita-cerita yang didengar selama perjalanan survey skoring BCB kemarin. 2 minggu di lapangan, yang terkadang terasa panjang dan melelahkan, menjadi sangat menarik karena beragam bangunan kuno berdiri serta cerita-cerita dibaliknya.
Tim yang terdiri dari 3 orang ini kebagian jatah di wilayah Kecamatan Kraton, Yogyakarta. Terdiri dari 3 kelurahan dan 43 bangunan yang ditinjau. Aneka rupa pemilik bangunan bisa ditemui. Ada yang sangat ramah, antusias menyambut, bercerita banyak hal hingga larut malam tapi ada pula yang jutek.
Namun dari kesemua tempat yang didatangi, rata-rata memiliki cerita yang sama. Rumah-rumah kuno yang ditinggali banyak yang berubah bentuk. Rombak total sering sekali dilakukan. Apa boleh buat, bangunan dengan kondisi umur yang sangat tua sudah pasti akan sangat sulit penanganannya. Kadang penggantian bahan dan material yang jauh berbeda dari bahan asli bisa bikin geleng-geleng kepala. Sayang sekali.
Apa boleh buat, tidak perlu menyalahkan pemilik bangunan. Pemahaman mengenai pelestarian bangunan kuno jelas masih minim. Hal ini karena langkah pemerintah yang memang terkesan kurang maksimal dalam mengkampanyekan UU BCB. Tapi tunggu dulu, apakah hal ini juga salah pemerintah? Rasanya kok jadi tidak adil ya? Beban berat bagi pemerintah juga jika harus menangani segala tetek-bengek urusan beginian lho. Jadi muncul pertanyaan, "Apakah Indonesia mampu peduli dengan urusan BCB ini?"
Mungkin ini saatnya, pemerintah-masyarakat awam dan orang yang peduli sama-sama bekerja sama.