Jika udah jauh-jauh sampai ke Singapura, sempatkan diri buat mampir ke National Museum of Singapore. Itu saran saya! Setelah asyik menikmati Orchard Road yang hedon atau Merlion Park yang jadi spot yang keren buat sunset, nyesel deh kalo gak berkunjung ke salah satu tempat paling keren di Singapura ini. Terutama buat para penggila sejarah, arkeologi, museum dan arsitek.
Museum ini bisa mudah dicapai. Naik aja MRT (Mass Rapid Transportation) Singapura, yang jelas-jelas keren dan super tepat waktu itu, dan turun di stasiun City Hall atau Dhoby Gaut lalu berjalan sekitar 5 menit. Museum ini tepat berseberang dengan salah satu Universitas Bisnis di Singapura.
National Museum of Singapore ini, dahulu pada tahun 1887 merupakan Museum Raffles. Gubernur Jenderal dari Inggris ini memang terkenal sebagai penikmat budaya dan sejarah. Disetiap daerah kolonialiasasi yang ia duduki, tidak lupa ia selalu mencatat mengenai kebudaayaan lokal yang ada, seperti di Indonesia--dimana Raffles menulis sebuah buku berjudul 'History of Java'.
Gedung museum ini, selain menyimpan koleksi buku-buku, juga menyimpan berbagai koleksi benda-benda arkeologis Asia Tenggara. Akhirnya, pada tahun 1960, bagian perpustakaan kemudian dipisahkan sehingga akhirnya namanya resmi menjadi National Museum of Singapore. Museum ini merupakan museum sejarah Singapura sejak masa prasejarah hingga modern (sekitar tahun 1980-an). Lalu, tahun 2003 - 2006, diadakan restorasi Museum secara menyeluruh termasuk penggantian display hingga manajemen koleksi dan ruang pameran berkala. Museum Singapura jelas sudah mengadopsi tren museum masa kini, menjadi lebih Youth-Spirit dan fresh. Kekunoan berkawin dengan teknologi.
Menikmati museum ini sungguh sangat gampang. Setiap pengunjung yang masuk ke pameran permanen akan dibekali satu guide-player. Semacam walkman besar yang tinggal pencet akan memberi kita informasi. Guiding-nya coba terdiri dari beberapa bahasa (Inggris, Bahasa, Mandarin, dsb) Informasi mengenai sejarah barang yang di-display pun bisa kita akses. Meski sebenarnya penggunaan gadget ini sebenarnya membuat kita merasa menjadi sangat individual di ruangan itu.
Yang paling menarik, dan belum banyak ditemui di museum di Indonesia adalah kegiatan pameran temporal. Kegiatan pameran temporal yang pernah diadakan antara lain, mengenai sejarah makanan tradisional melayu, berbagai macam foto keluarga peranakan cina di Singapura, dan sejarah pertunjukkan mulai dari film-film melayu hingga panggung boneka Cina. Ini menarik karena kegiatan pameran temporal biasanya mengangkat isu-isu yang sedang up date, atau bertepatan dengan kegiatan istimewa di bulan-bulan tertentu.
Secara keseluruhan, museum ini--dengan berbagai guiding yang cukup wow, dan suasana yang ku sebut dengan Youth-Spirit kental terasa dimana-mana, sangat menawan dan memukau. Inilah bentuk produk pariwisata yang mutakhir dengan pengawinan antara kuno dan hi-tech.
Nggak papa kok, kadang kita boleh iri dengan rumpur negeri seberang. Tapi, Museum Nasional juga nggak kalah bagusnya. Meski tidak unggul dengan teknologinya, dan kurang Youth-Spirit, tapi mengingat koleksinya yang banyak dan beragam, lalu kita tidak malu dengan sejarah Nusantara, kita bisa juga kok mengejar ketertinggalan beberapa langkah itu.
Viva Museum Indonesia :)