Jadi, bagaimana aku harus memulainya?
Kelulusan menjadi salah satu pengantarnya. Lepas dari institusi berjudul sekolahan tentu membuatku agak megap-megap. Setelah ini kemana? Tidak seperti halnya ketika masih berseragam, jalan hidup sudah dicetak sempurna tidak boleh berubah. Lulus SD harus daftar SMP, setelah itu lanjut SMA. Lulus sekolah menengah pun sudah tahu harus melanjutkan ke universitas bukannya bekerja.
Setelah pendadaran, kondisi kaki setelah patah tulang tidak memungkinkan untuk mengurus wisuda di bulan Februari sehingga kuputuskan untuk mengikuti wisuda di periode bulan Mei. Rentang waktu Januari (bulan pendadaran) hingga wisuda tentunya cukup panjang. Hampir 5 bulan. Dengan ketakutan bakalan jadi pengangguran, akhirnya aku menyabet apa saja tawaran yang mampir padaku. Salah satunya adalah pekerjaan di Museum Sonobudoyo ini.
Diantara pekerjaan multi-tasking lainnya, proyek di museum ini memberikan kesan mendalam. Bukan hanya karena jenis pekerjaannya, tapi juga orang-orangnya. Mungkin inilah cermin dari sistem birokrasi kepegawaian negeri di Indonesia. Melihat kondisi museum, aku hanya dapat tersenyum geli sekaligus prihatin.
Sejujurnya, aku cukup menyukai pekerjaan selama hampir 4 bulan lebih ini. Mungkin bekerja di museum tidak memiliki gengsi tinggi seperti halnya mengerjakan event seminar internasional. Tapi, jenis pekerjaan ini membuatku ingin belajar dan mencari tahu mengenai budaya. Atau hal-hal kecil lainnya.
Tapi semuanya masing-masing memiliki sisi terang dan gelapnya. Adanya yang menyenangkan adapula yang mengkhawatirkan. Aku takut hidupku stagnan ketika menjadi pegawai negeri biasa. Tapi ada keinginan tersendiri untuk terjun di dalam bidang permuseuman terutama di Sonobudoyo ini.
Well, life starts here, doesn't?
No comments:
Post a Comment